KONSEP DESIMAL DAN PERSEN DALAM
PEMBELAJARANNYA
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Matematika SD
Dosen
pengampu: Prof. Dr.
Kartono, M.Si.
Disusun
oleh:
Kelompok 6
1.
Nanik
Istika Wati (2015-03-006)
2.
Muhammad
Khoiril Basyar (2015-03-015)
PROGDI MAGISTER
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan
masalah...............................................................................
3
C. Tujuan.................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
A.
Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika............................. 4
a) Penanaman Konsep Dasar ........................................................... 4
b) Pemahaman Konsep .................................................................... 4
c) Pembinaan Keterampilan ............................................................. 5
B.
Sejarah Bilangan Desimal ............................................................... 5
a) Pengertian Bilangan Desimal ...................................................... 6
b) Bilangan Desimal Menggunakan Nilai Tempat ........................... 7
c) Pembulatan Bilangan Desimal ..................................................... 7
d) Operasi Hitung Bilangan Desimal ............................................... 8
1. Penjumlahan Bilangan Desimal ............................................. 8
2. Pengurangan Bilangan Desimal ............................................. 9
3. Perkalian Bilangan Desimal ................................................... 10
4. Pembagian Bilangan Desimal ................................................ 10
e) Pendekatan Pembelajaran Bilangan Desimal .............................. 11
C.
Sejarah Persen.................................................................................. 13
a) Pengertian Persen ........................................................................ 14
b) Penerapan Operasi Hitung pada Persen ...................................... 15
1. Mengubah Bilangan Desimal ke dalam Bentuk Persen ......... 15
2. Mengubah Persen ke dalam Bentuk Bilangan Desimal.......... 15
c) Penerapan Penggunaan Persen
dalam Kehidupan Sehari-hari .... 15
d) Pendekatan Pembelajaran Persen ................................................ 16
BAB III PENUTUP..................................................................................... 18
A. Kesimpulan.........................................................................................
18
B. Saran...................................................................................................
18
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin berkembang pesat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawapengaruh pada persaingan global
yang semakin ketat. Sumber daya manusia yang berkualitas perlu dipersiapkan
dengan baik agar mampu bersaing dalam dunia global. Oleh karena itu,
peningkatan sumber daya manusia harus dipersiapkan secara terencana, efektif
dan efisien. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang berkepribadian
dan berintelektual tinggi.
Pendidikan harus mampu menghasilkan manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing dengan negara-negara lain disamping harus memiliki ilmu
pengetahuan, budi pekerti luhur dan moral yang baik. Berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sekolah sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, pengembangan materi pembelajaran, serta pelatihan bagi guru.
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya yaitu guru, siswa, pendekatan,
maupun model pembelajaran yang digunakan. Guru memiliki peran yang besar dalam
proses belajar mengajar. Guru selalu terlibat dalam setiap proses belajar
mengajar. Sebagai seorang pendidik, guru lebih banyak berhadapan dengan siswa
selama proses belajar mengajar. Selain memberikan pengetahuan (transfer of
knowledge) guru juga membimbimbing siswa, mendorong potensi siswa membangun
kepribadian siswa, serta memberikan motivasi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan
materi pembelajaran agar siswa tertarik dan memperhatikan dalam kegiatan
pembelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Matematika mempunyai peranan dalam melatih penalaran siswa.
Melalui matematika diharapkan siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain itu, matematika merupakan salah satu ilmu yang selalu
berkembang, baik dari sisi materi maupun manfaatnya bagi masyarakat. Oleh
karena itu, matematika penting untuk dikuasai sejak dini. Diharapkan apabila
siswa dapat menguasai matematika dengan baik, siswa juga dapat menguasai
ilmu-ilmu yang lain dengan baik pula.
Dalam pembelajaran matematika seringkali didapatkan bahwa siswa merasa
sulit dalam mempelajari matematika. Permasalahan yang sering ditemui adalah
mereka sering melupakan konsep yang telah diajarkan guru. Padahal matematika
bersifat hirarkis, artinya pembelajaran matematika akan berlangsung dengan
lancar apabila dipelajari secara kontinyu, apabila konsep yang dipelajari
sebelumnya kurang dikuasai maka akan menghambat pembelajaran pada materi
selanjutnya.
Siswa SD banyak yang beranggapan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang membosankan dan tidak menarik. Hal ini disebabkan karena model
maupun metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar kurang dapat
melibatkan partisipasi siswa. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang
monoton dan tidak memperhatikan gaya belajar siswa.
Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mampu memberikan
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa agar siswa mampu mengatur
dan mengolah informasi yang diberikan oleh guru secara maksimal. Metode
pembelajaran yang digunakan guru biasanya adalah metode konvensional seperti
ceramah. Metode tersebut membuat siswa pasif karena pembelajaran berpusat pada
guru. Padahal keterlibatan siswa dibutuhkan agar siswa dapat menguasai konsep
yang diberikan dengan baik.
Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk mengkaji penerapan
konsep bilangan desimal dan persen dalam pembelajaran. Diharapkan dengan
pemaparan makalah ini, dapat membantu guru untuk memberi wawasan yang sifatnya
membangun dan bermanfaat, demi tercapainya suatu program pembelajaran yang
diinginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana langkah-langkah dalam pembelajaran
matematika?
2. Bagaimana konsep penerapan bilangan desimal
dalam pembelajarannya?
3. Bagaimana konsep penerapan persen dalam
pembelajarannya?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam
pembelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui konsep penerapan bilangan
desimal dalam pembelajarannya.
3. Untuk mengetahui konsep penerapan persen
dalam pembelajarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Berdasarkan pengembangan kreativitas dan
kompetensi siswa dalam pembelajaran matematika, maka guru hendaknya dapat
menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan
pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata
pelajaran matematika.
Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran
yang ditekankan pada konsep-konsep pembelajaran matematika.
a) Penanaman Konsep Dasar
Yaitu pembelajaran suatu konsep baru
matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat
mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata
“mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus
dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika
yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat
peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
b) Pemahaman Konsep
Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.
Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam
satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan
pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman
konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
c) Pembinaan Keterampilan
Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar
siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti
halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman
konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi
masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah
disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya
Heruman (2012: 3)
B. SEJARAH BILANGAN DESIMAL
Penemu desimal yang paling populer kita
dengar sebagai matematikawan Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap
perkembangan matematika adalah Al-Khawarizmi, dikenal sebagai bapak Aljabar,
memperkenalkan bilangan nol (0), dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah
angka nol dan konsep bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia
danYunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu.
Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.
Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang
matematikawan India memperkenalkan beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya
adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol adalah tetap, demikian pula
sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol. Tetapi, Brahmagupta
menemui kesulitan, dan cenderung ke arah yang salah, ketika berhadapan dengan
pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian pada saat
itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian.
Misalnya tahun 830, Mahavira (India)
mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, dan bahkan menyatakan bahwa "sebuah
bilangan dibagi oleh nol adalah tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan
fatal. Tetapi, hal ini tetap harus sangat dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide
brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan
Muslim dan Arab.
Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal
ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India)
yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali
memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis
sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal.
a) Pengertian Pecahan Desimal
Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat
dinyatakan dalam bentuk
, dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b ≠ 0. Bilangan a disebut
sebagai pembilang dan bilangan b disebut sebagai penyebut. Sedangkan kata desimal berasal dari bahasa
latin decem yang artinya sepuluh.
Seperti yang telah diungkapkan oleh
Muhsetyo (2010: 4.51) yang menyatakan bahwa sistem numersi yang berbasis
sepuluh, artinya bilangan 10 dipakai sebagai acungan pokok dalam melambangkan
dan menyebut bilangan. Sedangkan menurut Van de walle, dkk (2010: 328)
menyatakan bahwa angka desimal adalah cara sederhana lain dari penulisan
pecahan. Sedangkan mengenai koma desimal adalah kesepakatan/ kaidah yang telah
dikembangkan untuk menandakan posisi unit.
Atau dengan kata lain pecahan desimal yaitu
bilangan yang dihasilkan dari hasil bagi suatu bilangan dengan bilangan 10 dan
kelipatannya atau pecahan dengan penyebut 10, 100, 1000, dan seterusnya,
dan ditulis dengan tanda koma (,).
Contoh bilangan pecahan desimal yaitu:
1. 0,8 adalah pecahan desimal yang dihasilkan
dari 8 dibagi 10
2. 0,15 adalah pecahan desimal yang dihasilkan
dari 15 dibagi 100
3. 0,123 adalah pecahan desimal yang
dihasilkan dari 123 dibagi 1000
4. 2,50 adalah pecahan desimal yang dihasilkan
dari 250 dibagi 100
b) Bilangan Desimal Menggunakan Nilai Tempat
Pecahan desimal dapat juga menggunakan
nilai tempat, sebagai contoh yaitu sebagai berikut:
1.
0,2 (satu tempat desimal atau 1 angka di
belakang koma)
2.
0,35 (dua tempat desimal atau 2 angka di belakang koma)
3.
0,125 (tiga tempat desimal atau 3 angka di belakang koma)
Coba
kalian ingat kembali mengenai nilai tempat pada bilangan pecahan desimal.
Perhatikan nilai tempat pada bilangan 235,674 berikut.
235.674 =
4 = perseribuan, nilainya
atau 0,004
7 = perseratusan, nilainya
atau 0,07
6 = persepuluhan, nilainya
atau 0,6
5 = satuan, nilainya 5
3 = puluhan, nilainya 30
2 = ratusan, nilainya 200
Jika ditulis
dalam bentuk panjang, diperoleh:
235,674 = 200 +30 +5 +0,6 +0,07+0,004
= 200 +30 +5 +
=
200 +30 +5 +
= 235 +
=
235
c)
Pembulatan Bilangan
Desimal
Pecahan desimal dapat dibulatkan menjadi pecahan desimal dengan angka di
belakang komanya lebih sedikit. Dengan aturan:
1.
Pembulatan ke atas untuk
angka lebih dari atau sama dengan 5
2.
Pembulatan ke bawah
untuk angka kurang dari 5
Contoh:
1.
0,8463 dibulatkan
menjadi 0,846 karena 3 kurang dari 5
2.
0,846 dibulatkan menjadi
0,85 karena 6 lebih dari 5
3.
0,85 dibulatkan menjadi
0,9 karena samadengan 5
d) Operasi Hitung Bilangan Desimal
1. Penjumlahan Bilangan Desimal
Sebelum menjumlahkan pecahan desimal, kita perlu
mengingat kembali nilai tempat suatu bilangan. Nilai tempat pada pecahan
desimal dapat digambarkan sebagai berikut:
Untuk
menjumlahkan dua bilangan dengan benar kita harus menjumlahkan angka-angka yang
nilai tempatnya sama.
1.
ratusan dijumlahkan dengan ratusan
2.
puluhan dijumlahkan dengan puluhan
3.
satuan dijumlahkan
dengan satuan
4.
persepuluhan dengan
persepuluhan
5.
perseratusan dengan
perseratusan, dst
Cara yang
termudah untuk menjumlahkan dua pecahan desimal, adalah dengan cara
penjumlahan bersusun, dengan meluruskan tanda koma (,).
Contoh:
Hitunglah !
1.
0,54 + 0,24 = . . . . .
2.
0,144 + 0,132 =
. . . . .
Penyesesaian:
1.
0,54
0,24 +
0,78
2.
0,144
0,132 +
0,276
2. Pengurangan Bilangan Desimal
Cara
menyelesaikan operasi pengurangan pada pecahan desimal adalah sama dengan
operasi penjumlahan. Kita dapat melakukan pengurangan dengan cara bersusun.
Contoh:
1. 0,54 - 0,24 =
. . . . .
2. 0,144 - 0,132 = .
. . . .
Penyesesaian:
1.
0,54
0,24 -
0,3
2.
0,144
0,132 -
0,012
3. Perkalian Bilangan Desimal
Ada dua cara untuk mengalikan pecahan
desimal yaitu
a. Merubah Menjadi Pecahan Biasa
Contoh :
2,5 x 0,3 = . . . . .
x
=
= 0,75
Jadi, 2,5 x 0,3 =
= 0,75
b.
Melalui Perkalian Bertingkat
Contoh :
1. 2,5 langkah:
0,3 ( 3
x 5 ) = 15
menyimpan 1
x ( 3
x 2 ) = 6 +
1 = 7
75 (
0 x
5 ) = 0
00 ( 0
x 2 ) = 0
+
0,75
Jadi, 2,5 x 0,3 = 0,75
1 tempat 1 tempat
2 tempat
desimal desimal desimal
4. Pembagian Pecahan Desimal
Dalam menyelesaikan pembagian pada pecahan
desimal, juga ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu:
a. Merubah Menjadi Pecahan Biasa
Contoh :
2,4
: 0,008 = . . . . .
Jawab:
2,4 dijadikan pecahan biasa =
0,008 diubah menjadi pecahan biasa =
2,4
: 0,008 =
:
=
x
=
= 3000
b. Melalui Pembagian Bersusun
Contoh :
14,4
: 0,12 = . . . . .
Jawab :
14,4
è 1 desimal
0,12
è 2
desimal
Ambil desimal yang terbesar yaitu 2 desimal
sehingga bilangan di atas dikalikan dengan 100.
14,4
x 100 = 1440
0,12
x 100 = 12
120
12 1440
12
24
24
0 è ada sisa 0
jadi, 14,4
: 0,12 = 120
e) Pendekatan Pembelajaran Bilangan Desimal
Untuk membantu siswa memahami dan menguasai hubungan antara pecahan dan
desimal, gunakan berbagai model atau bahan manipulatif yang sesuai, misalnya
piringan berskala atau potongan karton. Alat-alat ini dapat dipakai untuk
menjelaskan hubungan persepuluhan dan perseratusan dengan pecahan, serta
mentranslasikan bentuk-bentuk pecahan dengan bentuk-bentuk desimal.
Contoh :
1. Bilangan Desimal Berpenyebut 10
Sumber:
Muhsetyo (2010: 4.60)
2.
Bilangan
Desimal Berpenyebut 100 (Persegi)
Sumber: Van de walle, dkk (2010: 333)
3. Bilangan Desimal Berpenyebut 100
(Lingkaran)
Sumber: van de walle, dkk (2010: 334)
C. SEJARAH PERSEN
Dahulu pada saat zaman Romawi Kuno, jauh sebelum munculnya sistem desimal yang memungkinkan menuliskan angka dengan ada angka dibelakang koma,
perhitungan untuk angka-angka tertentu sering di buat dalam fraksi-fraksi
kelipatan 1/100. Di zaman romawi kuno dikenal adanya pajak lelang yang dihitung
sebesar 1/100 dari nilai lelang yang dikenal dengan nama centesima rerum
venalium. Perhitungan ini mirip dengan istilah persen yang kita kenal pada
komputasi modern.
Pada abad-abad berikutnya, istilah pembagi 1/100 ini kemudian sering
digunkan dalam berbagai penghitungan. Ia digunakan untuk mencari bagian dari
sebuah bagian besar. Di akhir abad ke-15 persen sudah umum digunakan pada
berbagai laporan seperti laporan laba rugi, suku bunga, penjualan, dan
lain-lain. Pada abad ini pula penulisan persen mengalami perubahan. Dulu
dituliskan dengan kata "percento" kemudian kata "per"
digantikan oleh tanda miring "/" dan cento digantikan oleh dua tanda
nol (0) yang kemudian kita kenal luas simbolnya persen sebagai "%".
a) Pengertian Persen
Bird (2002: 11) menyatakan bahwa presentase
digunakan untuk menyatakan suatu standar yang umum dan merupakan pecahan dengan
penyebut 100. Sebagai contoh, 25 persen berarti
atau
dan ditulis sebagai 25%. Sedangkan Heruman
(2012: 43) menyatakan bahwa pecahan yaitu sebagai bagian dari sesuatu yang
utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang
dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap
sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Sedangkan menurut Van de walle, dkk (2010: 328)
menyatakan bahwa persen adalah bentuk sederhana perseratus dan cara ketiga dari
penulisan pecahan dan desimal. Penjumlahan dan pengurangan berdasarkan pada
konsep dasar dari posisi nilai yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam
matematika, persentase atau perseratus adalah sebuah angka perbandingan untuk
menyatakan pecahan dari seratus. Kata persen berasal dari bahasa latin per centum, yang artinya persetarus.
Persentase sering ditunjukkan dengan dengan symbol “ % “.
n %
=
. Jadi, n % dari suatu kuantitas adalah
dari kuantitas itu. Dengan demikian,
1% adalah
dari keseluruhan dan 100% menunjukkan seluruh kuantitas.
Sebagai contoh, 4 orang guru sedang
mengawasi ujian di sekolah, 3 dari mereka tak berkacamata dan 1 orang
berkacamata. Persentase guru tak berkacamata adalah 3 dari 4 adalah
=
= 75 %. Sementara guru yang berkacamata adalah 1 dari
4 adalah
=
= 25 %. Jadi persentase dari guru yang tak berkacamata adalah 75% dan yang
berkacamata adalah 25%.
b)
Penerapan
Operasi Hitung pada Persen
1) Mengubah Bilangan Desimal ke dalam Bentuk Persen
Kita dapat mengubah sebarang bilangan ke
dalam persen dengan cara menulis bilangan itu sebagai bilangan pecahan dengan
penyebut 100.
Contoh:
seorang anak menjawab 10 pertanyaan dimana 6 dijawab salah dan 4 dijawab
dengan benar. Tentukan persentase menjawab benarnya?
Jawab:
=
= 40 %
Kita dapat mengubah suatu bilangan ke
persen dengan mengalikannya dengan 100 dan memberinya symbol %.
Contoh: a.
=
x 100% = 75%
b.
0,25 = 0,25 x 100% = 25%
2) Mengubah Persen ke dalam Bentuk Bilangan Desimal
Di dalam pengerjaan hitungan, seringkali
kita diminta untuk mengubah persen menjadi desimal. Hal ini dapat dikerjakan
dengan menulis persen sebagai suatu bilangan pecahan dan kemudian mengubah
pecahan itu menjadi bilangan desimal.
Contoh:
1. 5 % =
= 0,05
2. 250 % =
= 2,5
3. 75% =
:
=
Pendekatan lain untuk penulisan persen
sebagai desimal adalah pertama mengubah 1% ke sebuah desimal. Karena 1% =
= 0,01.
c) Penerapan Penggunaan Persen dalam Kehidupan Sehari-hari
Masalah-masalah terapan berkaitan dengan
persen biasanya mengambil satu dari bentuk-bentuk berikut:
1. Menentukan persen dari suatu bilangan.
2. Menentukan suatu bilangan jika persen dari
suatu bilangan diketahui
Contoh:
Anton membeli mobil seharga Rp.
80.000.000,- dengan memberi uang muka 20%. Berapa rupiah besar uang muka
tersebut?
Jawab:
Uang muka 20% dari Rp. 80.000.000
=
x 80.000.000 = 16.000.000
Jadi, besar uang muka itu adalah Rp.
16.000.000
Jika Jaka mempunyai 40 jawaban benar dari
80 soal tes. Berapa persen jawaban jaka yang benar?
Jawab:
x 100 = 50%
Lalu, bagaimana jika kita ingin menjumlah,
mengurangkan, membagi atau mengalikan pecahan desimal dengan pecahan biasa,
persen atau pecahan campuran? Kita dapat menyelesaikannya dengan terlebih
dahulu menyamakan bentuk kedua pecahan. Kita dapat merubah keduanya menjadi
pecahan desimal, atau pecahan biasa, tergantung jawaban yang diinginkan.
Contoh:
+
0,3 - 24% =
+
-
=
+
-
=
=
d) Pendekatan Pembelajaran Persen
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
yang semakin cepat menuntut setiap siswa untuk mampu menyesuaikan diri guna
memenuhi perubahan-perubahan yang terjadi, serta mampu memecahkan masalah yang
dihadapi secara cermat, tepat, dan kreatif. Maka, untuk mengimbangi hal
tersebut siswa diharuskan mampu melatih diri agar terampil dalam memecahkan
masalah yang muncul pada kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan belajar
matematika yang di paparkan oleh Winarni (2011: 113) yang menyatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika mengarah pada kemampuan siswa pada pemecahan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Karena tujuan pembelajaran matematika yang
begitu luas, maka penulis membatasi cakupan pendekatan materi pembelajaran
hanya pada persen saja. Untuk mempermudah siswa dalam memahami permasalahan
yang berkaitan dengan persen, guru dapat membuat suatu alat peraga persen untuk
mempermudah pemahaman siswa.
Contoh alat peraga untuk pembelajaran
pecahan desimal dan persen agar mudah dipahami oleh siswa, usahakan menggunakan
alat peraga yang berbasis angka 10, 100, dan kelipatannya.
Contoh:
Sumber: Van de walle, dkk (2010: 338)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Langkah-langkah dalam pembelajaran
matematika meliputi tiga hal yaitu: (1) penanaman konsep dasar, (2) pemahaman
konsep, dan (3) pembinaan keterampilan. Hal ini sangat penting diterapkan dalam
pembelajaran matematika terutama dalam penanaman konsep bilangan desimal dan
persen. Karena kedua kajian materi tersebut sering muncul dalam permasalahan kehidupan
sehari-hari.
Bilangan desimal mempunyai pengertian bilangan
yang dihasilkan dari hasil bagi suatu bilangan dengan bilangan 10 dan
kelipatannya atau pecahan dengan penyebut 10, 100, 1000, dan seterusnya,
dan ditulis dengan tanda koma (,). Sedangkan persen mempunyai arti sebuah angka perbandingan untuk menyatakan
pecahan dari seratus. Kata persen berasal dari bahasa latin per centum, yang artinya persetarus.
Persentase sering ditunjukkan dengan dengan symbol “ % “.
B. SARAN
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah
ini, masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis berharap kritik dan saran
dari berbagai pihak yang sifatnya membangun, demi perbaikan penulisan
tugas-tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bird,
John. 2002. Matematika Dasar Teori dan Aplikasi Praktis. Jakarta:
Erlangga.
Heruman.
2012. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muhsetyo,
Gatot. 2010. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winarni,
Endang Setyo dan Sri Harmini. 2011. Matematika untuk PGSD.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Van de walle, dkk. 2010. Elementary and Middle
School Mathematics Teaching
Developmentally. Boston. Pearson Education.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar